1.31.2008

"Lintang" (Cerpen)


“Lintang, ntar sore jangan lupa ya datang ke rumahku. Kita kerjakan PR MTK bareng.”, ucap Metha ketika pulang sekolah tiba.
“Iya, tenang aja deh. Aku pasti datang kok. Tapi aku mau rapat OSIS dulu ya.”, jawab lintang.
“Ok deh! Aku tunggu.”, jawab Metha. Lintang adalah gadis yang manis, baik, pintar, dan supel. Ia selalu membantu temannya jika ada kesusahan dalam belajar. Terlebih lagi dengan sahabatnya, Metha. Ia nggak pernah bosan untuk membantu Metha dalam belajar. Lintang nggak pernah minder untuk bersahabat dengan Metha karena Metha adalah anak orang kaya. Dan Metha pun nggak pernah merasa malu untuk berteman dengan Lintang, karena Lintang selalu membantunya. Lintang sudah tiba di rumah Metha jam 3 sore.
“Sorry Met, aku terlambat.”
“Nggak apa kok. Yang penting sekarang kamu udah datang. Eh, kamu udah makan siang belum?” Tanya Metha.
“Nggak ah, ntar aja. Sekarang kita kerjakan PR aja dulu. Ntar keburu sore. Aku nggak boleh pulang terlalu sore.”, jelas Lintang.
“Ya udah deh.”, tepat jam setengah lima Lintang dan Metha sudah selesai mengerjakan PR nya.
“Akhirnya selesai juga ni PR.”, ucap Metha sambil berdiri merenggangkan otot-ototnya.
“Iya, dan sekarang juga waktunya aku pulang.”, sambung Lintang sambil membereskan buku-bukunya.
“Kamu makan dulu deh Lin, kamu kan belum makan tadi.”
“Nggak usah deh Met, aku makan di rumah aja. Mama kamu mana? Aku mau pamit nih!”
“Tunggu sebentar deh, aku panggilin.” Metha segera masuk ke dalam memanggil mamanya. Tak berapa lama mamanya Metha pun keluar sambil membawa sebuah rantang.
“Tante, Lintang pulang dulu ya.”
“Iya, oya ini makanan buat kamu.” Ucap Mama Metha sambil menyodorkan sebuah rantang kepada Lintang.
“Wah tante nggak usah repot-repot. Saya jadi nggak enak.”,
“Nggak apa-apa kok Lin, tante sengaja masak ini untuk kamu. Soalnya tadi pas pulang sekolah Metha bilang sama tante kalau kamu mau ke sini. Ya jadinya tante masak banyak deh hari ini. Udah nggak apa-apa, bawa aja.”
“Ya udah deh tante, makasih banyak. Oya tante saya pulang dulu, nanti Bibi saya nyariin saya.”
“Iya, hati-hati ya.”
“Iya Tante. Met, aku pulang dulu ya! Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam” jawab Metha dan mamanya.
***

“Pagi Met!”, sapa Lintang kepada sobatnya. Namun nggak ada jawaban dari Metha. Metha sedang asyik mengamati seseorang yang sedang bermain basket.
“Met, kamu kenapa?”, tanya Lintang lagi.
“Ha? E…nggak apa kok.” Jawab Metha gelagapan.
“Kamu lagi ngeliatin Kak Angga ya? Ngaku deh!” ledek Lintang.
“Kak Angga? Siapa tuh? Yang mana yang namanya Angga?” tanya Metha.
“Itu yang lagi drible bola. Kamu lagi ngeliatin dia kan?”
“Jadi namanya Angga? Oh………..tapi kamu tau dari mana?”, tanya Metha lagi.
“Ya taulah…dia kan juga anggota OSIS. Dia kelas 3 IPA 1” jelas Lintang.
“Oh…… tapi ntar deh, kalo di liat-liat dia sedikit mirip sama kamu. Jangan-jangan dia jodoh kamu.”, ucap Metha.
“Kamu ngomong apaan sih? Udah deh, nggak usah ngomong yang nggak-nggak.”
“Tapi bener Lin.”
“Udah….kita masuk kelas aja yuk!”, Lintang dan Metha pun segera berjalan menuju kelasnya. Sejak saat itu Metha pun langsung suka sama Angga, gimana nggak, sudah cakep, baik, pintar, tajir lagi. Dia pun meminta kepada Lintang untuk nyomblangin dia sama Angga. Pertama sih Lintang nggak setuju, soalnya dia nggak terlalu suka bergaul sama kakak kelas. Tapi Metha memaksanya terus, ya…apa boleh buat. Siang itu ada rapat OSIS, jadinya Metha pulang duluan, sedangkan Lintang mesti ikut rapat. Ia pun segera masuk ke ruang OSIS, tapi di sana belum ada satu orang pun yang datang kecuali dirinya sendiri. Tak berapa lama ada seorang laki-laki masuk.
“Kamu sendirian aja? Yang lain mana?”
“Eh Kak Angga, iya saya sendirian aja. Yang lain belum pada ngumpul.”, jawab Lintang sedikit canggung. Ia baru pertama kali ini ngomong sama kakak kelas di sekolah barunya. Jadi ya sedikit takut gitu.
“Emang kebiasaan ngaret tuh! Ini sudah jam berapa?”, omel Angga.
“Mungkin sebentar lagi kak?”, ucap Lintang sedikit tenang.
“Nama kamu siapa? Maklum aku nggak terlalu hapal sama nama-nama adik kelas. Apalagi kalau dia jarang keliatan.”, ucap Angga.
“Nama saya Lintang.” Jawab Lintang singkat.
“Oh….Lintang, unik juga ya.”, ucap Angga lagi. Setelah agak lama berbincang-bincang, anggota OSIS yang lain pun mulai berdatangan, dan setelah semuanya berkumpul rapat OSIS pun di mulai. Hampir satu setengah jam mereka mangadakan rapat dan akhirnya selesai juga. Lintang pun segera pulang, dan di pintu gerbang ia bertemu dengan Angga.
“Lintang, kamu di jemput?”, tanya Angga.
“Nggak Kak, saya naik angkot.”, jawab Lintang ramah.
“Kalau gitu aku antar pulang aja ya. Inikan juga udah sore.”
“Nggakusah Kak, saya takut ngerepotin. Saya udah biasa naik angkot kok.”, tolak Lintang.
“Udah naik aja, nggak apa kok.”, paksa Angga, dan Lintang pun nggak berani menolak. Sejak saat itu Lintang dan Angga jadi lumayan dekat. Angga menjadi sering curhat sama Lintang tentang adik perempuannya yang di bawa oleh ayahnya sejak 14 tahun yang lalu. Metha pun mengetahui hal itu, tetapi ia mencoba berpikir positif tentang Lintang. Hingga pada suatu hari saat pulang sekolah, Angga menghampiri Lintang dan Metha. Angga mengajak Lintang pulang sama-sama, katanya sekarang dia lagi butuh Lintang. Belum sempat Lintang berpamitan dengan Metha, Angga sudah terlebih dahulu menarik tangan Lintang. Dari situ Metha menjadi marah kepada Lintang. Ia kesal bahkan benci dengan Lintang. Dan sejak saat itu juga Metha mulai menjauhi Lintang. Ia juga nggak mau tau lagi tentang Lintang. Lintang pun mengetahui hal itu, ia merasa bersalah, walaupun sebenarnya Lintang hanya menjadi teman curhat Angga, nggak lebih. Lintang nggak berani ngomong sama Metha, karena dia tau Metha pasti tidak akan menghiraukannya. Sekarang Lintang sedang duduk seorang diri di perpustakaan.
“Hai Lin, kamu kenapa?”, tanya Angga yang datang tiba-tiba.
“Nggak apa-apa.”, jawab Lintang singkat.
“Kamu ada masalah ya? Kalau ada masalah bilang aja sama aku, aku udah nganggap kamu seperti adikku sendiri.”
“Ini Cuma masalah Metha kok. Dia marah sama saya, karena dekat sama Kak Angga. Soalnya dia suka sama Kak Angga”, jelas Lintang.
“Dia Cuma salah paham aja. Nanti dia pasti mau baikan sama kamu lagi. Tenang aja. Tapi kok muka kamu pucat? Kamu sakit.”, tanya Angga lagi.
“Cuma sedikit pening aja kok Kak, paling Cuma sebentar sakitnya.”
“Tapi muka kamu pucat banget. Badan kamu juga panas. Mendingan sekarang aku antar kamu pulang, ini kan juga sudah jam pulang.”
“Ya udah deh.”, jawab Lintang. Angga pun segera mengantar Lintang pulang. Ketika ia masuk ke rumah Lintang, ia kaget melihat bibinya Lintang.
“Bi Sri?”, ucap Angga tidak percaya.
“Angga? Kamu Angga?”, Bi Sri tidak kalah kaget.
“Bi, ayah mana? Mana adik saya?”, tanya Angga buru-buru.
“Ayah kamu sudah meniggal tidak lama setelah berpisah dengan mama kamu, dan sekarang adik kamu bibi yang urus. Dia adalah Lintang.”, Lintang seakan tidak percaya mendengar hal itu. Ternyata Lintang adalah adik Angga, dan Bibi Sri adalah adik dari ayahnya Angga. Tanpa pikir panjang Angga langsung memeluk adik yang sudah lama ia cari. Dan setelah itu ia segera membawa Lintang dan Bi Sri pulang ke rumahnya. Di sana Lintang bertemu dengan mama kandungnya. Suasana haru terjadi di dalam rumah itu. Akhirnya Lintang pun tinggal bersama Mama dan kakak kandungnya, Angga. Pukul 5 pagi mamanya Lintang membangunkan Lintang untuk shalat subuh. Sudah hampir 15 menit ia mengetuk-ngetuk kamar Lintang, tetapi sama sekali tidak ada jawaban dari Lintang. Angga pun keluar dari kamar menghampiri mamanya yang sedari tadi berdiri di depan pintu kamar Lintang.
“Kenapa Ma? Lintang belum bangun ya?”, tanya Angga sambil mengucek-ngucek matanya.
“Iya nih Ga, adik kamu nggak ada nyahut dipanggil dari tadi.”, jawab mamanya. Angga pun jadi panik, karena kemarin ia melihat wajah Lintang pucat. Tanpa pikir panjang Angga langsung membuka pintu kamar Lintang dengan paksa. Dan ternyata Lintang sudah tergeletak di lantai. Wajahnya benar-benar pucat. Ia segera dibawa ke rumah sakit. Setelah di periksa ternyata Lintang menderita kanker otak dan sulit untuk di sembuhkan. Mendengar hal itu Angga dan mamanya merasa sangat terpukul. Orang yang mereka sayangi harus menderita penyakit seperti itu.
“Ma, Kak Angga, Lintang senang banget bisa bertemu kalian sebelum Lintang kembali kepada-Nya.”, ucap Lintang kepada mama dan kakaknya setelah sadarkan diri.
“Lintang jangan bicara seperti itu. Lintang pasti sembuh.”, ucap mamanya sambil menangis
“Nggak Ma, Lintang akan pulang ke sana. Mama jangan sedih ya? Mungkin sekarang sudah waktunya Lintang untuk pulang ke sana untuk selamanya.”, jelas Lintang sayup.
“Lintang jangan tinggalin kakak sendirian. Kakak masih butuh Lintang.”, sambung Angga.
“Masih ada seseorang yang mau mendengarkan cerita kakak. Lintang yakin dia bisa menggantikan Lintang di sisi kakak. Dia adalah Metha, dia sahabat terbaik Lintang.”, ucap Lintang. Kini ia menarik nafas panjang dan tersenyum kepada mama dan kakaknya. Senyum itu adalah senyum terakhir yang ia berikan kepada mereka.
***

“Met, Lintang mana? Kok hari ini dia nggak masuk?”, tanya Rina kepada Metha.
“Mana aku tau, emang aku selalu tau kemana dia pergi.”, jawab Metha ketus.
“Kamu kan sahabatnya, ya mungkin aja kamu tau.”, ucap Rina lagi. Tak berapa lama kemudian wali kelas mereka pun masuk kelas.
“Kok Pak Jaya sih yang masuk? Kan bukan jam nya dia.”, ucap Titi di belakang. Wajah Pak Jaya kelihatan sedih sekali, membuat seisi kelas bingung.
“Innalillahi wa innailaihi rooji’uun.”, ucap Pak Jaya. Semua murid tersentak kaget mendengar kalimat pertama yang terlontar dari mulut Pak Jaya.
“Kita semua sudah kehilangan salah satu orang yang kita sayangi. Lintang sudah mendahului kita menghadap yang di atas. Ia telah meninggal dunia tadi pagi, dikarenakan mengidap penyakit kanker otak.”, jelas Pak Jaya. Semua murid terdiam, bahkan ada yang menangis. Terlebih lagi Metha. Semua teman sekelas Lintang pergi untuk melayat. Metha bingung, kenapa jenazahnya Lintang bukan berada di rumahnya? Terlebih lagi ketika ia tahu bahwa rumah itu adalah rumah milik Angga. Ia menjadi semakin bingung. Melihat Metha datang, Angga pun segera mengajak Metha bicara. Ia hendak menjelaskan semuanya.
“Met, sebenarnya aku adalah kakak kandung Lintang. Aku baru mengetahuinya kemarin. Dan baru tadi malam ia menginap di sini.”, Methapun tersentak kaget mendengar pernyataan Angga. Metha merasa nggak percaya, tapi mungkin yang dikatakan Angga itu benar.
“Aku merasa terpukul banget menerima kenyataan ini. Padahal sekarang aku masih sangat membutuhkan dia. Tapi, sebelum dia meninggal, dia bilang sama aku kalau sahabatnya pasti bisa menggantikan posisinya di sisiku. Apakah kamu mau menggantika posisi Lintang di sisiku? Menjadi teman curhatku? Menjadi adikku?”, ucap Angga sambil menahan tangis.
“Aku udah bersalah banget sama Lintang. Aku nggak pantas jadi sahabatnya. Aku udah salah paham.”, ucap Metha.
“Lintang udah memaafkan kamu dari dulu. Dia sayang sama kamu. Dia bilang kamu adalah sahabat terbaiknya.”, sambung Angga.
“Aku akan berusaha menggantikan posisi Lintang di sisi Kak Angga.”, ucap Metha lirih. Metha benar-benar merasa bersalah. Ia telah salah menilai Lintang.
“Lintang, maafin aku. Aku nggak seharusnya menilai kamu seperti itu. Aku sudah salah paham sama kamu. Kamu adalah sahabat terbaikku. Walaupun kamu di sana, aku nggak akan pernah melupakan kamu. Persahabatan kita akan tetap abadi selamanya. Akan ku bingkai rapi dan kutaruh di dinding hatiku, dan aku akan selalu merindukanmu.”, ucap Metha lirih.

1.24.2008

Jerawat

Duh....stress rasanya kalo ngliat jerawat bertebaran di wajah kita, bener nggak?? Jadi nggk PD dengan penampilan. E....gimana ya cara ngilangin jerawat-jerawat membandel itu? Ada nggak ya cara yang ampuh untuk ngilangin tu jerawat? Jawabannya, ya pasti ada. Buat kamu-kamu yang punya masalah sama jerawat, nih ku kasih informasi.

Munculnya jerawat di sebabkan oleh beberapa faktor, seperti:

  1. Karena malas cuci atau bersihin muka, hal itu menyebabkan banyak kotoran-kotoran dan debu-debu yang menempel di muka kita. Nah untuk solusinya, rajin-rajin bersihin muka.
  2. Kulit berminyak, itu menyebabkan mudahnya jerawat muncul di muka kita. Solusinya, gunakan skin care khusus untuk kulit berminyak dan rajin dibersihkan.
  3. Tidak lancar atau tidak teraturnya buang air, karena racun yang tidak bisa diserap oleh tubuh belum terbuang, akibatnya bisa menimbulkan jerawat.

Temenku pernah kasih aku tips untuk ngilangin jerawat. Alhamdulillah jerawatku mulai kempes dan mengering, ini dia tipsnya!!!

pertama-tama parut mentimun, trus oleskan ke muka kita....diamkan selama 15 menit. setelah itu cuci dengan air hangat, trus ambil asam jawa dan beri sedikit air dan oleskan ke muka kita, diamkan selama 20 menit. Setelah itu cuci dengan air hangat dan oleskan kembali mentimun ke muka kita. Diamkan selama 15 menit, setelah itu cuci dengan air hangat. Udah deh.....

Emang perih sih waktu muka diberi asam, tapi demi hilangnya jerawat, bisa di tahan kok!!!!. Jika setelah itu jerawat mulai membengkak, berarti tips diatas berhasil dan itulah reaksinya. Jangan khawatir deh, tu jerawat bakalan kempes dan mulai mengering. Coba aja....!!

AYAT-AYAT CINTA


Hei..hei...kalian-kalian semua pasti pernah dengar novel yang judulnya "AYAT-AYAT CINTA ", sumpe deh baguss buanget!!!Kalo kita ngebaca tuh novel, kita seakan-akan terbawa di dalamnya. Novel "Ayat-Ayat Cinta" yang di tulis oleh Habiburrahman El Shirazy kabarnya akan difilmkan lo.... Fedi Nuril sebagai Fahri, Rianti Chartwright Sebagai Aisha, Zaskia Adya Mecca Sebagai Noura dan Melani Putria sebagai Nurul. Film ini berlatar belakang di Mesir dan banyak menggunakan bahasa Arab.Hm....jadi nggak sabar mau nonton filmnya. Pastinya seru dan menyentuh hati. Kita tunggu aja!!